Mengisi Sepuluh Malam Terakhir Ramadhan

 

 

Kembali Ustadz.Mohammad Mara Muda Herman Sitompul, S.H., M.H. Berceramah pada penutupan Shalat Tarawih 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan 1446 H di Masjid Jami Al Ikhlas Pondok Sejahtera, Kel.Kutabaru, Kec.Pasar Kemis, Kab.Tangerang Banten memberi Tema : “Mengisi Sepuluh Malam Terakhir Ramadhan”

Ustadz UHS pada kesempatan tersebut di ratusan Jama’ah pada Jami’  Masjid Al Ikhlas hendaknya kita sebagai Umat : 

 

Pertama : Menghidupkan malam dengan ibadah.

Rasulullah s.a.w. bersabda : 

“Apabila telah memasuki hari kesepuluh; yaitu sepuluh akhir dari bulan ramadhan para sahabat lebih bersungguh-sungguh dalam beribadah.Mereka menghidupkan malam nya dengan memperbanyak amal ibadah.

Rasulullah bersabdah : 

“Apabila telah memasuki hari kesepuluh ; yaitu sepuluh akhir dari bulan ramadhan, mengencangkan ikat pinggangnya (bersungguh-sungguh) dan membangunkan istri-istri untuk beribadah  ( HR.Al- Bukhari dan Muslim ).

 

Kedua : Mencari Lailatul Qadar.

Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan.Pada malam itu Allah menulis kembali terakhir takdir manusia tentang rezeki, kematian, bahagia, celaka serta yang lain nya.

Firman Allah : (Q.S. Ad-Dukhan (44) : 4).

فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍۙ ۝٤

fîhâ yufraqu kullu amrin ḫakîm

Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.

Lebih lanjut beliau Allah berfirman: (Q.S.Al-Qadr (97) : 3-5).

لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ۝٣

lailatul-qadri khairum min alfi syahr

Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan.

 

تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ ۝٤

tanazzalul-malâ’ikatu war-rûḫu fîhâ bi’idzni rabbihim, ming kulli amr

Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.

 

سَلٰمٌۛ هِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِࣖ ۝٥

salâmun hiya ḫattâ mathla‘il-fajr

Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar.

 

Rasulullah lebih lanjut : “Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf (menghapus kesalahan), karenanya maafkanlah aku (hapuslah dosa-dosaku).” ( HR.At- Tirmidzi).

 

Ketiga : I’tikaf.

I’tikaf adalah menetap di Masjid untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya.

 

Dalam hal ini ” Nabi senantiasa beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir sari bulan ramadhan hingga wafatnya, manusia istri-istri beliau beri’tikaf setelah bepergian beliau. (HR.Al- Bukhari dan Muslim).

 

Sementara Allah berfirman: (Q.S.Al- Baqarah (2): 187).

اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ ۝١٨٧

uḫilla lakum lailatash-shiyâmir-rafatsu ilâ nisâ’ikum, hunna libâsul lakum wa antum libâsul lahunn, ‘alimallâhu annakum kuntum takhtânûna anfusakum fa tâba ‘alaikum wa ‘afâ ‘angkum, fal-âna bâsyirûhunna wabtaghû mâ kataballâhu lakum, wa kulû wasyrabû ḫattâ yatabayyana lakumul-khaithul-abyadlu minal-khaithil-aswadi minal-fajr, tsumma atimmush-shiyâma ilal-laîl, wa lâ tubâsyirûhunna wa antum ‘âkifûna fil-masâjid, tilka ḫudûdullâhi fa lâ taqrabûhâ, kadzâlika yubayyinullâhu âyâtihî lin-nâsi la‘allahum yattaqûn

Dihalalkan bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkanmu. Maka, sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa.

 

Demikianlah ringkasan ceramah UHS semoga bermanfaat secara ringkas secara tertulis dikirimkan melalui WhatsaPp nya semoga kebenaran adalah milik Allah semata pinta nya.

OLeh:  Ustadz Herman Sitompul (UHS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *