Unjuk Rasa Tuntut Bupati Pati Mundur! Awal Mula Sebab dan Isi Tuntutan Masyarakat

Demo Wagra Pati Tuntut Bupati Mundur, Sumber: ANTARA FOTO/Aji Styawan

Oleh: Sakha Rafii Ulayya

faktaburuh.com | Pati – Rabu, 13 Agustus 2025 Ribuan warga Kabupaten Pati, Jawa Tengah, tumpah ruah di Alun-alun Kota Pati. Mereka membawa spanduk, poster, dan suara lantang untuk menyampaikan tuntutan mereka kepada Bupati Sudewo.

Unjuk rasa yang dimulai pukul 08.00 WIB ini digerakkan oleh tokoh masyarakat seperti Husen selaku inisiator, serta Syaiful Ayubi yang memimpin orasi. Dalam pidatonya, Syaiful menegaskan bahwa warga tidak lagi bisa menerima gaya kepemimpinan Sudewo.

“Kami ingin menunjukkan bahwa warga Pati itu santun, berakhlak, dan cinta damai. Tapi kalau pemimpin tidak berpihak pada rakyat, kami akan terus bersuara” ujarnya di tengah kerumunan massa.

Latar Belakang Terjadinya Polemik

Kisruh ini bermula pada Minggu, 18 Mei 2025, ketika Bupati Sudewo menggelar pertemuan di Pendopo Kabupaten Pati bersama para camat dan anggota Paguyuban Solidaritas Kepala Desa dan Perangkat Desa Kabupaten Pati (Pasopati). Dalam forum tersebut, terungkap fakta bahwa tarif PBB-P2 di Pati tidak pernah mengalami kenaikan selama 14 tahun terakhir.

Melihat kondisi itu, Bupati Sudewo dan para peserta pertemuan menyetujui rencana kenaikan pajak hingga 250%. Kebijakan tersebut diumumkan secara resmi dan langsung memicu reaksi keras dari masyarakat. Banyak warga menilai kenaikan ini akan menambah beban hidup, apalagi di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.

Penyitaan Bantuan oleh PLT Sekda Pati

Polemik ini akhirnya menimbulkan gejolak di tengah – tengah masyarakat. Sejumlah warga kemudian bergotong – royong menyiapkan aksi demo besar – besaran yang akan digelar pada 13 Agustus 2025 mendatang. Mereka diketahui sudah sejak awal bulan mulai mendirikan posko donasi di depan Kantor Bupati Pati. Sejumlah warga bersimpati dan tergerak memberikan donasi berupa air mineral yang disusun di depan posko pada Selasa, 5 Agustus 2025.

Terjadi ketegangan antara PLT Sekda Pati, Riyoso dengan peserta aksi. Riyoso perintahkan Satpol PP untuk menyita air mineral. Hasil donasi tersebut diangkut ke Kantor Satpol PP sementara waktu. Langkah itu dinilai oleh warga sebagai bentuk represi dan upaya membungkam aspirasi masyarakat. Riyoso tertangkap kamera sedang berdebat dengan peserta aksi hingga videonya viral.

Sumber: lifestyle.suaramerdeka.com

Puncak Aksi Demo 13 Agustus 2025: Ribuan Warga Turun ke Jalan

Pada Jumat (8/8), Bupati Pati Sudewo mengumumkan pembatalan kenaikan PBB-P2 sebesar 250 persen. Dengan pembatalan ini, tarif pajak akan kembali normal seperti tahun 2024.

Meski kebijakan itu sudah dibatalkan, aksi unjuk rasa tetap berlangsung. Bagi warga, persoalan bukan sekadar soal tarif pajak, melainkan juga sikap pemimpin yang dianggap tidak mau mendengar aspirasi.

Pada Rabu, 13 Agustus 2025, sejak subuh warga dari berbagai desa dan kecamatan mulai berdatangan ke pusat kota. Alun-Alun Pati dipenuhi lautan manusia, sementara aparat keamanan berjaga di sekitar lokasi untuk mengantisipasi kerusuhan.

Menurut sejumlah peserta aksi, pembatalan tarif hanyalah langkah meredakan situasi sesaat. Mereka menuntut perubahan kepemimpinan sebagai bentuk perbaikan hubungan antara pemerintah dan rakyat.

“Kami ingin pemimpin yang merakyat, bukan yang menantang rakyat” kata salah satu pengunjuk rasa.

Situasi ini menunjukkan bahwa kebijakan publik tidak hanya dinilai dari sisi angka dan aturan, tetapi juga dari komunikasi dan empati pemangku kebijakan terhadap masyarakatnya.

Ketidakpuasan memuncak karena tidak ada satu pun perwakilan pemerintah daerah, termasuk Bupati Sudewo, yang menemui massa untuk berdialog. Akhirnya, sejumlah pengunjuk rasa mendobrak gerbang kantor Bupati Pati, memaksa masuk ke dalam area kantor pemerintahan

Isi Tuntutan Lengkap Warga Pati

Berdasarkan orasi dan pernyataan koordinator lapangan, aksi 13 Agustus 2025 di Alun-Alun Pati membawa sejumlah tuntutan utama yang menjadi fokus warga. Berikut poin-poin yang mereka suarakan: